Rabu, 27 Juli 2011

asuhan masa nifas

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Salah satu indicator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa di tandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Hal ini merupakan suatu phenomena yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan.
            Masa nifas merupakan hal penting untuk di perhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia.dari berbagai pengalaman dalam menaggulangi angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam menaggulangi kematian  ibu dan bayi di banyak Negara, para pakar kesehatan menganjurkan upaya pertolongan di fokuskan pada periode intrapartum. Upaya ini terbukti telah menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir yang disertai dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa. Namun, tidak semua intervensi yang sesuai bagi suatu Negara dapat dengan serta mertadi jalankan dan memberi dampak menguntungkan bila di terapkan pada Negara lain

Setelah ibu melahirkan, maka ibu memasuki masa nifas atau yang lazim disebut puerpurium. Masa nifas (puerpurium) ada waktu yang dimulai setelah placenta lahir dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil) dalam waktu kurang lebig 3 bulan. Dimulai dengan kehamilan, persalinan dan dilanjutkan dengan masa nifas merupakan masa yang kritis bagi ibu dan bayinya. Kemungkinan timbul masalah dan penyulit selama masa nifas. Apabila tidak segera ditangani secara efektif akan membahayakan kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kematian dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.

Untuk itu pemberian asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa nifas sangat perlu dilakukan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, melaksanakan deteksi dini adanya komplikasi dan infeksi, memberikan pendidikan pada ibu serta memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi. Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai perubahan. Perubahan yang terjadi pada masa nifas tidak hanya terjadi secara fisik saja, melainkan juga psikologis atau kejiwaan. Sehingga, pemberian edukasi tentang informasi yang berkaitan dengan masa nifas sangat perlu diberikan pada ibu dalam masa nifas. Setiap masa nifas dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan/asuhan merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu nifas normal dan mengetahui secara dini bila ada penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan selamat dan bayinya pun sehat.

 

B.     Tujuan

a.       Tujuan Umum

Menjelaskan tentang konsep awal masa nifas, dan mendeteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi pada awal masa nifas, khususnya pada awal kunjungan di 6-8 jam pasca persalinan (post partum).

b.      Tujuan khusus

Di harapkan mahasiswi dapat memahami (mengetahui) tentang deteksi dini komplikasi pada ibu nifas yang meliputi :

a)      Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b)      Mendeteksi dan melakukan tindakan penyebab lain seperti perdarahan dan rujuk jika perdarahan berlanjut

c)      Memberikan konseling pada ibu/keluarga cara mencegah perdarahan

d)     Pemberian ASI awal masa nifas

e)      Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

f)       Melakukan vital sign (memantau keadaan umum)


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    KONSEP DASAR NIFAS
a.   Definisi
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari (Prawirohardjo, 2002).
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2005).
b.     Klasifikasi Nifas
Nifas dapat dibagi ke dalam 3 periode :
a)      Puerperium dini :
yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan.
b)      Puerperium intermedial :
yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c)      Remote puerperium:
yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan (Mochtar R, 1998).
B.     ASUHAN 6-8 JAM MASA NIFAS MELIPUTI :
a.       Mencegah perdarahan masa nifas karen atonia uteri
b.      Mendeteksi dan melakukan tindakan penyebab lain seperti perdarahan dan rujuk jika perdarahan berlanjut
c.       Memberikan konseling pd ibu / kel cara mencegah perdarahan
d.      Pemberian ASI awal
e.       Melakukan hubungan antara ibu dan BBL
f.       melakukan vital sign (memantau keadaan umum)

BAB III
PEMBAHASAN

A.      Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas

a.     Perdarahan pervaginam

Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini yaitu :

a)      Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain didalam ember dan dilantai
b)     Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemic pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah
c)      Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok
Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalianan. Penenganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalinkarena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri.
Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan.
b.    Infeksi masa nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalianan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinari, payudara dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat dilihat dari temperature atau suhu pembengkakan takikardi dan malaise. Sedangkan gejala local dapat berupa uterus lembek, kemerahan, dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria.

c.      Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan kabur.
Penanganan :
a)       Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, pernafasan
b)     Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan balon, lakukan, intubasi jika perlu dan jika pernafasan dangkal periksa dan bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4-6 liter per menit
c)      Jika pasien tidak sadar/koma bebaskan jalan nfas, baringkan pada sisi kiri, ukuran suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk

d)     Pembengkakan di Wajah atau Ekstremitas

Periksa adanya varices
a)      Periksa kemerahan pada betis
b)     Periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedema

e)      Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
      Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora normal perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur Escherichia coli memiliki pili yang meningkatkan virulensinya (Svanborg-Eden, 1982).
      Pada masa nifas dini, sentivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih didalam vesika sering menurun akibat trauma persalianan serta analgesia epidural atau spinal Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra, atau hematom dinding vagina. Setelah melahirkan terutama saat infuse oksitosin dihentikan terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urin dan distensi kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air kemih sering menyebabkan infeksi menyebabkan infeksi saluran kemih.
f)       Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit
       Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.
Gejala:
 a) Bengkak, nyeri seluruh payudara/nyeri local.
b) Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.
c) Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol).
d) Panas badan dan rasa sakit umum.
Penatalaksanaan
a. Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena   selama dan sesering mungkin, agar payudara kosong, kemudian pada payudara yang normal.
b. Berilah kompres panas, bias menggunakan Shower hangat atau lap basah panas pada payudara yang terkena.
c. Ubahlah posisi meyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi tiduran, duduk atau posisi memegang bola (foot ball position).
d. Pakailah baju B.H. longgar.
e. Istirahat yang cukup, makanan yang bergizi.
f. Banyak minum sekitar 2 liter per-hari.
g. Dengan cara-cara seperti tersebut diatas biasanya peradangan akan menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi bila dengan cara-cara seperti tersebut di atas tidak ada perbaikan setelah 12 jam, maka diberikan antibiotika selama 5-10 hari dan analgesik.

g)         Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
                 Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu menghandaki makanan, berikanlah makanan yang sifatnya ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses persalianan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses persalinannya tersebut. Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali. Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan makanan sebanyak-banyaknya walaupun ibu menginginkannya. Tetapi biasanya disebabkan adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun akan terganggu, sehingga ibu tidak ingin makan sampai kehilangan itu hilang.

h)        Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan dikaki
         Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi, dan mungkin lebih sering mengalaminya.
a. Faktor predisposisi
a) Obesitas
b) Peningkatan umur maternal dan tingginya paritas
c) Riwayat sebelumnya mendukung
d) Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada keadaan pembuluh vena
e) Anemia maternal
f) Hipotermi atau penyakit jantung
g) Endometritis
h) Varicostitis
b. Manifestasi
a) Timbul secara akut
              b) Timbul rasa nyeri akibat terbakar
c) Nyeri tekan permukaan

i)        Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri
       Pada minggu-minggu awal setelah persalinansampai kurang lebih 1 tahun ibu post partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya. Faktor penyebab : kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal masa nifas, kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan kebanyakan di rumah sakit, kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit., ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi
               
B. ASUHAN 2-6 JAM MASA NIFAS
a.         Mencegah Perdarahan Karena Atonia Uteri
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik.
a)      Tanda dan Gejala :
Uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah lahir. Tanda dan gejala pendukung : syock, bekuan darah pada serviks, atau posisi telentang akan menghambat aliran darah keluar.
b)       Langkah-langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri Pasca Persalinan
Lakukan massage pundus uteri segera setelah plasenta dilahirkan : massage merangsang kontraksi uterus. Sambil melakukan massage sekaligus dapat dilakukan penilaian kontraksi uterus. Bersihkan kavum uteri dari selaput ketuban dan gumpalan darah : selaput ketuban atau gumpalan darah dalam kavum uteri akan dapat menghalangi kontraksi uterus secara baik. Mulai melakukan kompresi bimanual interna. Jika uterus berkontraksi keluarkan tangan setelah 1-2 menit. Jika uterus tetap tidak berkontraksi teruskan kompresi bimanual interna hingga 5 menit : sebagian besar atonia uteri akan teratasi dengan tindakan ini. Jika kompresi bimannual tidak berhasil setelah 5 menit, dilakukan tindakan lain Minta keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna : Bila penolong hanya seorang diri, keluarga dapat meneruskan proses kompresi bimanual secara eksternal selama anda melakukan langkah-langkah selanjutnya. Berikan metal ergometrin 0,2 mg intra muskuler / intravena : metilergometrin yang diberikan secara intramuskuler akan mulai bekerja dalam 5-7 menit dan akan menyebabkan kontraksi uterus. Pemberian intravena bila sudah terpasang infuse sebelumnya. Berikan infuse cairan larutan ringer laktat dan oksitoksin 20 IU/500 ml : anda telah memberikan oksitoksin pada waktu penatalaksanaan aktif kala tiga dan metil ergometrin intramuskuler. Oksitoksin intravena akan bekerja segera untuk menyebabkan uterus berkontraksi. Ringer laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama atoni. Jika uterus wanita belum berkontraksi selama 6 langkah pertama, sangat mungkin bahwa ia mengalami perdarahan postpartum dan memerlukan penggantian darah yang hilang secara cepat. Mulai lagi kompresi bimanual interna atau pasang tampon uterovagina : jika atonia uteri tidak teratasi setelah 7 langkah pertama, mungkin ibu mengalami masalah serius lainnya. Tampon utero vagina dapat dilakukan bila penolong telah terlatih. Segera siapkan proses pembedahan.. Teruskan cairan intravena hingga ruang operasi siap. Lakukan laparotomi : pertimbangkan antara tindakan mempertahankan uterus dengan ligasi arteri uterine/hipogastrika atau histerektomi. : pertimbangan antaralain paritas, kondisi ibu, jumlah perdarahan.
b.            Mendeteksi dan melakukan tindakan penyebab lain seperti perdarahan dan rujuk jika perdarahan berlanjut
Tanda – tanda perdarahan yang perlu kita kenali yaitu : mengeluarkan darah dari jalan lahir > 500 cc atau kira kira 2 gelas. Ibu bisa juga mengamati bila keluar darah hingga menembus pakaian dan tak kunjung berhenti dengan warna darah merah segar. Hati hati bila perdarahan disertai salah satu atau lebih keluhan seperti rasa mau pingsan, mata berkunang – kunang atau penglihatan kabur, keluhan pusing kepala, kesemutan, telapak tangan dan kaki menjadi pucat dan dingin. Nafas menjadi sesak atau tersengal – sengal. Jangan menunda untuk segera mencari pertolongan bidan atau dokter terdeka
Penyebab utama perdarahan post partum yaitu : Atonia Uteri, Sisa Plasenta, Retensio Plasenta, Laserasi Jalan Lahir. Kadang-kadang perdarahan disebabkan kelainan proses pembekuan darah akibat dari hipofibrinogenemia (solusio plasenta, retensi janin mati dalam uterus, emboli air ketuban). Apabila sebagian plasenta lepas sebagian lagi belum, terjadi perdarahan karena uterus tidak dapat berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas antara dua bagian tersebut.selanjutnya jika sebagian besar plasenta telah lahir, tetapi sebagian lain masih melekat dalam dinding uterus, akan terjadi perdarahan pada masa nifas. ( Sarwono, 2007 ).
c.            Memberikan konseling pd ibu / kel mencegah perdarahan
Ajarkan ibu dan kluarga untuk segera melakukan tindakan atau menghubungi tenaga kesehatan terdekat jika di temui beberapa tanda perdarahan setelah 6-8 jam pasca persalinan seperti: keadaan umum ibu lemah, pucat, menggigil, keluar banyak darah segar dari vagina. Nadi ibu cepat, pernafasan lambat,dan ibu syok.
http://hakikierawati.blogspot.com/2011/03/html

d.            Melakukan hubungan antara ibu dan BBL
Pada bayi baru lahi,di butuh kan satu hubungan dimana hubungan tersebut akan menumbuhkan rasa saling keterikatan antara ibu dan bayi nya,menurut WHO bounding attachement merupakan suatu metode yang dapat menciptakan suatu keterikatan tersebut.
Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau membangun ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
a)      Manfaat (keuntungan dari bounding attachement )
Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap social, Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini : Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat, Reflek menghisap dilakukan dini., Pembentukkan kekebalan aktif dimulai, Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).
b)  Elemen-Elemen Bounding Attachment
                                                 (a)      Sentuhan – Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
                                                (b)      Kontak mata – Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).
                                                 (c)      Suara – Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
                                                (d)      Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter,Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
                                                 (e)      Entrainment – Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
                                                 (f)      Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
http://lessypratamaputri.blogspot.com/2011/04/bounding-attachment.html
e.       Pemberian ASI awal

Bayi normal disusui segera setalah lahir. Lamanya disusui hanya untuk satu atau dua menit pada setiap payudara ibu. Dengan adanya reflex sucking (mengisap) pada bayi menyebabkan terjadi perangsangan terhadap pembentuka air susu ibu yang secara tidak langsung rangsangan isap membantu mempercepat pengecilan uterus. Walaupun air susu ibu yang berupa kolostrum itu hanya dapat diisap beberapa tetes, ini sudah cukup untuk kebutuhan bayi dalam hari-hari pertama. Kadang-kadang ibu keberatan untuk menyusui bayinya dengan alasan asi belum keluar. Dalam hal ini ibu harus diberi penjelasan sebaik-baiknya tentang maksud dan tujuan pemberian ASI sedini mungkin. Pada hari ketiga bayi sudah harus menyusu selama 10 menit pada mammae ibu dengan jarak waktu tiap 3 menit. Apabila diantara waktu itu bayi menangis karena lapar, ia boleh disusui pada satu mamma secara bergantian. Dengan demikian kebutuhan on demand dapat dipenuhi, hal ini dapat dilaksanakan bila bayi dirawat bersama ibunya. Bayi yang pada permulaan minum on demand, pada minggu-minggu berikutnya sudah dapar dipenuhi kebutuhannya  dengan minum setiap 3-4jam. Pemberian ASI harus dianjurkan pada ibu yang melahirkan karena :
a)            ASI yang pertama (kolostrum) mengandung beberapa antibodi yang dapat mencegah infejsi pada bayi. ASI diperkirakan dapat mengirimkan limfosit ibu ke dinding usus bayi dan memulai proses imunologik sehingga memberikan imunitas pasif pada bayi terhadap penyakit infeksi tertentu hingga mekanisme itu sepenuhnya berfungsi setelah 3 sampai 4 bulan.
b)            Bayi yang minum ASI jarang menderita gastroenteritis.
c)            Lemak dan protein ASI mudah dicerna dan diserap secara lengkap baik untuk pertumbuhan serta tidak mungkin menyebabkan kegemukan.
d)           Kemungkinan bayi menderita kejang oleh karena hipokalsemia sangat sedikit.
e)            Pemberian ASI merupakan satu-satunya jalan yang paling baik untuk mengeratkan hubungan ibu dan bayi, dan ini sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi yang normal terutama pada bulan-nulan pertama kehidupannya.
f)             Menyusui mempercepat involusi uterus karena pengisapan puting susu akan merangsang pelepasan oksitosin sehingga menyebabkan peningkatan kontraksi uterus.
f.       Melakukan vital sign (Pemantauan Keadaan Umum )
Selama dua jam pertama pasca persalinan : Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, lakukan observasi dan penilaian lebih sering. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setia 30 menit dalam jam kedua kala empat. Jika ada penemuan yang abnormal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian, Pantau temperature tubuh ibu satu kali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan. Jika temperature meningkat pantau lebih sering, Nilai perdarahan. Periksa perineum an vagina setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua pada kala empat. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus, juga bagaimana melakukan pemijatan (rangsangan taktil) jika uterus menjadi lembek.

BAB IV
PENUTUP
A KESIMPULAN
Masa nifas atau puerpurium merupakan suatu yang normal dan setiap saat dapat berubah menjadi abnormal. Dengan pencegahan yang semaksimal mungkin saat kehamilan,persalinan dan nifas,keadaan yang abnormal dapat ditekan seminimal mungkin.Untuk itu sangat diperlukan sekali penyebaran informasi dan kesadaran bagi ibu hamil dan keluarga untuk melakukan ANC ( antenatal care ) secara rutin,dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan, baik dokter ataupun bidan.
Dengan adanya asuhan postnatal akan membantu kesiapan ibu utuk belajar dan menjalani masa nifas secara fisiologis. Ibu meyakin bahwa bidan memperhatikannya sebagai individu. Berdasarkan kebutuhan yang diutarakan pasien, keadaan wanita pada saat itu dan hal-hal yang dibutuhkan. Tinjauan ulang tentang sistem-sistem tubuh perlu dilakukan setiap pertemuan. Setiap tanda harus dikaji secara mendalam, identifikasi rasa tidak nyaman yang mencerminkan rasa tidak nyaman pada masa nifas . Pengkajian akan kemungkinan adanya infeksi pada organ reproduksi, perdarahan dan lain-lain. Respon psikososial terhadap masa nifas dan pendekatan menjadi orang tua.merupaka mayoritas utama dalam melakukan penanganan ibu nifas.